(Part 1 Edisi Malang) Camping di Laguna Biru, Pulau Sempu | catatan perjalanan sempu

“Setiap jejak dan potret yang tergambar saat itu menciptakan momen yang tak ternilai harganya. Liburan kali ini penuh cerita dan pelajaran di Malang”

Penat, Bosan, dan butuh refreshing. Bayangkan satu bulan penuh mengikuti kegiatan KKN kampus didesa masing-masing. Hampir satu bulan itu pula kami kekurangan hiburan, merasakan kejenuhan dan berbagai hal lainnya. Akhirnya tercetus ide untuk liburan di Malang, entah keluar dari mulut Eja atau Alan, aku yang mendengar ajakan itu langsung mengiyakan. Liburan lagi pikirku!

Segala persiapan kami lakukan beberapa hari sebelum keberangkatan, Alan dan Eja yang menjadi koordinator. Tim kami kali ini berjumlah delapan orang, Aku, Dewi, Abong, Eja, Alan, Nila, Widelma (Ade), dan Irvansa (kokoh). Empat cowok empat cewek. Partner petualang yang paling kocak nantinya. Membayangkan akan berpetualang bersama mereka saja sudah membuat perut dikocok, pasti akan sangat kocak nantinya.

20140218-140547.jpg
Kereta yang kami naiki akan berangkat pukul setengah 4 sore. Jadi kami mempersiapkan segalanya pagi-pagi mengingat jarak antara Jatinangor dan Stasiun bandung cukup jauh. Banyak insiden kecil terjadi. Dari mulai Abong yang ngaret minta ampun, bayangkan saja, janji kumpul jam 11 pagi berangkat menuju bandung, sementara dia jam setengah 11 masih tertidur, aku dan dewi yang kedapatan jatah membangunkannya harus rela mendatangi kosannya dan menggedor-gedor pintu kosnya. Telpon, BBM, sms sama sekali tak digubris. Dia terbangun, membukakan pintu dan kaget melihat kami yang sudah ready untuk berangkat. Kemudian dengan tampang tanpa dosa dia mengatakan “yah gua kira berangkatnya jam 11 malem nanti” F*ckkkkkk kami ngakak mengetahui kebodohan temanku ini, jadilah kami packing secepat kilat membereskan barang-barangnya.

Terburu-buru kami menuju travel. Beruntung tidak terlalu ngaret. Dari awal perjalanan ini sudah gak beres, orang-orangnya otaknya banyak yang gesrek, terutama aku dan abong yang selalu memancing tawa anak-anak. Berbagai parodi film kami praktekan berdua.

Sesampainya di stasiun bandung, karena waktu keberangkatan kereta masih lama kami memilih untuk bersantai, ada yang membelikan makanan, ada yang sibuk mencharge gadget masing-masing, ada yang iseng-iseng mencoba kursi pijat yang disewa, dan yang paling kocak adalah kelakuan abong dan dewi yang sempat-sempatnya bernyanyi bersama kelompok musik yang ada distasiun. Aku lupa mungkin dua atau tiga laku mereka nyanyikan. Kelakuan ajaib!

20140218-141614.jpg
Kereta berangkat, kami makan bersama didalam kereta dengan nasi bungkus padang yang dibeli tadi. Kebersamaan sangat terasa. Sebungkus nasi dibagi empat. Cemilan ludes semua.

20140218-141624.jpg
Cerita tak berhenti disini, teman-temanku iseng keujung gerbong kereta. Membuka pintu gerbong dan sibuk berfoto-foto ala-ala adegan kereta bang zafran dan adinda di film 5cm. Maklum efek film
5CM masih booming saat itu. Tapi yanh ini Jangan ditiru yah, berbahaya. Benar dugaanku, tak lama petugas kereta datang menegur kami. Kami kembali ke kursi. Tak lama kemudian balik lagi ke ujung gerbong. Kali ini giliran kegilaan kami berteriak-teriak nyanyi dangdut jaman baheula, nyanyinya kencang, tapi suaranya fals. Suara serak semua. Capek, akhirnya kami kembali ke kursi kami.

20140218-142040.jpg
Gara-gara kelelahan kami tertidur. Posisi tidur jauh dari kata nyaman pada saat itu. Akhirnya, kami berpencar ke gerbong lain mencari kursi-kursi kosong yang bisa digunakan untuk tidur. Memang sulit mencoba tidur enak dikereta.

Pagi esoknya kereta tiba di Malang, badan sakit semua karena posisi tidur yang kurang nyaman. Sesampai di Malang kami langsung mandi di toilet stasiun. Acara mandi kali ini nyolong-nyong kesempatan dari pengawasan penjaga toilet, pasalnya toilet disini dilarang digunakan untuk mandi. Selesai mandi kami mengisi langsung mengisi perut. Cukup banyak warung makanan distasiun ini. Disela-sela acara makan kami sempat bertanya kepada ibu penjual makanan tentang angkutan menuju pulau sempu, akhirnya dengan berbaik hati beliau mencarikan kami angkutan menuju kesana. Negosiasi harga selesai, kamipun berangkat.

Perjalanan menuju pulau sempu lumayan lama. 2 jam lebih. Jalanan berkelok-kelok. Terkadang tak jarang melewati jalanan dengan jurang dipinggirnya. Pemandangan yang lumayan menarik diluar tak ku hiraukan. Aku lebih memilih untuk beristirahat saja di angkot yang kami sewa. Akhirnya kami tiba di pantai sendang biru. Segera kami mengurusi perizinan untuk memasuki kawasan cagar alam ini. Tujuan kami kesini bukan untuk nakal dan merusaknya. Kami hanya ingin menikmati sedikit keindahan ciptaan tuhan ini (semoga tulisan ini tidak mengundang kontroversi dilain waktu) Kami segera menyewa kapal untuk menyeberang ke pulau sempu, tak lupa sebelumnya kami menyewa sepatu khusus agar lebih mudah melewati trek pulau sempu yang licinnya luar biasa saat itu karena musim penghujan.

20140218-142723.jpg
Sekitar 15 menit kami tiba dibibir pulau sempu. Kami disini berkenalan dengan empat orang pengunjung yang berasal dari Malang, mas wilda, mas bonju, dan mas galuh, satunya lagi saya lupa nama mbaknya (sebut saja teh esa) mereka yang cowok bertiga asli malang, sementara teh esa asli Jogjakarta.
Kami berdoa bersama sebelum memulai perjalanan. Trek didepan sudah cukup menantang. Kubangan air bercampur lumpur kental dan lubang-lubang disana-sini akan siap mengintai kami untuk terpeleset kedalamnya. Kehati-hatian dan kesabaran sangat dibutuhkan melewati trek yang lumayan panjang ini. Berkali-kali kami terjatuh, terpeleset, terjerembab ditrek super licin ini. Berpegangan ke dahan dan rantong pohon disekitarnya adalah cara paling ampuh agar tidak terpeleset.

20140218-143509.jpg
Hampir dua jam lebih menaiki turunan dan tanjakan trek ini akhirnya kami tiba juga di pinggiran laguna biru. Sungguh pelenyap rasa lelah melihat hamparan pantai kecil ini. Air yang tenang beriak-beriak kecil terperangkap didalam laguna ini. Aku dan Eja yang berada dibarisan terdepan semakin semangat mempercepat langkah. Akhirnya kami tiba dipinggir pantai kecil ini. Carrier ku lempar, aku segera berlari menuju air. Begitupun teman-temanku yang baru tiba. Semuanya langsung berhamburan ke laguna ini.

Membersihkan badan yang penuh lumpur. Rasa lelah luar biasa yang kami rasakan hilang seketika ketika disuguhi panorama alam disini. Bayangkan saja laguna kecil dipinggiran samudra hindia ini menawarkan panorama alam yang lengkap. Bukit-bukit hijau saling berhadapan bersisian dengan tebing-tebing karang yang tak kalah tingginya. Tebing-tebing ini seolah menjadi pagar bagi pulau sempu ini agar terhalang dari ganasnya ombak samudra Hindia. Air laut yang mengalir dari lubang-lubang dinding tebing karang terperangkap didalam laguna ini menjadikan panorama alam ini semakin luar biasa. Paradisooooo!

Puas bermain air kami segera mendirikan tenda. Disini tidak ada sama sekali sumber air tawar, kalaupun ada letaknya sangat jauh. Jadilah kami tidak mandi untuk berbilas setelah mandi air laut yang asin dan lengket dibadan.

20140218-144600.jpg
Sore menuju malam akhirnya tenda kami selesai didirikan. Aktivitas selanjutnya memasak. Karena kekurangan air tawar yang kami bawa hanya 11 botol itupun satu botolnya dicuri oleh (kemungkinan besar) cowok dari tenda sebelah, temanku dewi melihatnya langsung para cowok itu mencuri botol minuman kami, kemudian kami datangi tendanya tak ada yang mengaku. Jadilah untuk menghemat air tawar kami menggunakan AIR LAUT untuk memasak nasi. Dan hasilnya rasa nasi yang asin luar biasa. Tak ada yang menyentuhnya.

Insiden kecil terjadi lagi. Besarnya ombak samudera Hindia malam itu ternyata mampu melewati tebing-tebing karang yang tinggi. Air laut masuk kedalam pantai dan akan segera melewati tenda kami dan beberapa tenda lainnya. Menyadari hal itu, kami dan beberapa pemilik tenda lainnya segera membereskan barang-barang dan memindahkan tenda ketempat yang lebih aman. Setelah kepanikan reda, Semuanya tertawa menyadari insiden tsunami kecil tadi. Malam itu laguna biru pulau sempu semarak dengan canda tawa kami dan kelompok petualang lainnya, kami ikut bergabung dengan kelompok lainnya, bermain gitar bersama, berbagi cerita dan keceriaan lainnya didepan api unggun. Waktunya beristirahat dan kembali ketenda untuk memulihkan tenaga esok hari

20140218-145128.jpg
Paginya kami terbangun dengan cuaca yang sangat cerah. Menyadari temanku ade dan nila yang sudah tak ada kami semua terbangun dan mencari mereka, ternyata sedang asyik berfoto ditebing-tebing karang. Pemandangan dari sini lebih luar biasa ternyata. Pandangan kita dibebaskan melihat ke setiap sudut laguna. Bagi anda yang lebih berani, anda bisa memanjat bebatuan tebing yang lebih tinggi diujung sana untuk mendapatkan panorama yang lebih bagus lagi. Namun hal itu sangat berbahaya, terbukti dari plang peringatan yang dipasang. Kami sibuk mengabadikan momen ini. Pemandangannya sangat sayang jika dilewatkan dari sesi foto-foto meskipun pagi itu muka kucel sekali.

20140218-145842.jpg
Puas berfoto kami turun ke bawah. Memasak dan setelah itu packing untuk pulang. Malas sekali rasanya membayangkan trek yang harus dilewati nanti ketika pulang. Rasanya masih ingin berlama-lama disini. Namun logistik yang kami butuhkan kurang mencukupi.

20140218-150049.jpg
Beres packing kami melanjutkan sesi foto-foto bersama. Tripod dipasang sedemikian rupa agar tidak tumbang dihantam angin, pasalnya anginnya sangat kencang. Namun hasil jepretan saat itu kurang memuaskan. Akhirnya kami pulang. Perjalanan pulang lebih mudah dikarenakan kondisi trek yang sudah lebih kering daripada kemarin. Namun tetap saja menjengkelkan karena masih ada trek yang becek. Ranting kecil, kerikil, pasir dan entah apalagi yang masuk kedalam sepatu semakin membuat langkah tidak nyaman. Dua jam, akhirnya tiba dibibir pulau. Perahu jemputan datang. Kami kembali ke sendang biru. Setelah ini bersiap menuju tumpang dan melanjutkan petualangan ke Bromo (bersambung)

20140218-150752.jpg