(Part 1 Edisi Malang) Camping di Laguna Biru, Pulau Sempu | catatan perjalanan sempu

“Setiap jejak dan potret yang tergambar saat itu menciptakan momen yang tak ternilai harganya. Liburan kali ini penuh cerita dan pelajaran di Malang”

Penat, Bosan, dan butuh refreshing. Bayangkan satu bulan penuh mengikuti kegiatan KKN kampus didesa masing-masing. Hampir satu bulan itu pula kami kekurangan hiburan, merasakan kejenuhan dan berbagai hal lainnya. Akhirnya tercetus ide untuk liburan di Malang, entah keluar dari mulut Eja atau Alan, aku yang mendengar ajakan itu langsung mengiyakan. Liburan lagi pikirku!

Segala persiapan kami lakukan beberapa hari sebelum keberangkatan, Alan dan Eja yang menjadi koordinator. Tim kami kali ini berjumlah delapan orang, Aku, Dewi, Abong, Eja, Alan, Nila, Widelma (Ade), dan Irvansa (kokoh). Empat cowok empat cewek. Partner petualang yang paling kocak nantinya. Membayangkan akan berpetualang bersama mereka saja sudah membuat perut dikocok, pasti akan sangat kocak nantinya.

20140218-140547.jpg
Kereta yang kami naiki akan berangkat pukul setengah 4 sore. Jadi kami mempersiapkan segalanya pagi-pagi mengingat jarak antara Jatinangor dan Stasiun bandung cukup jauh. Banyak insiden kecil terjadi. Dari mulai Abong yang ngaret minta ampun, bayangkan saja, janji kumpul jam 11 pagi berangkat menuju bandung, sementara dia jam setengah 11 masih tertidur, aku dan dewi yang kedapatan jatah membangunkannya harus rela mendatangi kosannya dan menggedor-gedor pintu kosnya. Telpon, BBM, sms sama sekali tak digubris. Dia terbangun, membukakan pintu dan kaget melihat kami yang sudah ready untuk berangkat. Kemudian dengan tampang tanpa dosa dia mengatakan “yah gua kira berangkatnya jam 11 malem nanti” F*ckkkkkk kami ngakak mengetahui kebodohan temanku ini, jadilah kami packing secepat kilat membereskan barang-barangnya.

Terburu-buru kami menuju travel. Beruntung tidak terlalu ngaret. Dari awal perjalanan ini sudah gak beres, orang-orangnya otaknya banyak yang gesrek, terutama aku dan abong yang selalu memancing tawa anak-anak. Berbagai parodi film kami praktekan berdua.

Sesampainya di stasiun bandung, karena waktu keberangkatan kereta masih lama kami memilih untuk bersantai, ada yang membelikan makanan, ada yang sibuk mencharge gadget masing-masing, ada yang iseng-iseng mencoba kursi pijat yang disewa, dan yang paling kocak adalah kelakuan abong dan dewi yang sempat-sempatnya bernyanyi bersama kelompok musik yang ada distasiun. Aku lupa mungkin dua atau tiga laku mereka nyanyikan. Kelakuan ajaib!

20140218-141614.jpg
Kereta berangkat, kami makan bersama didalam kereta dengan nasi bungkus padang yang dibeli tadi. Kebersamaan sangat terasa. Sebungkus nasi dibagi empat. Cemilan ludes semua.

20140218-141624.jpg
Cerita tak berhenti disini, teman-temanku iseng keujung gerbong kereta. Membuka pintu gerbong dan sibuk berfoto-foto ala-ala adegan kereta bang zafran dan adinda di film 5cm. Maklum efek film
5CM masih booming saat itu. Tapi yanh ini Jangan ditiru yah, berbahaya. Benar dugaanku, tak lama petugas kereta datang menegur kami. Kami kembali ke kursi. Tak lama kemudian balik lagi ke ujung gerbong. Kali ini giliran kegilaan kami berteriak-teriak nyanyi dangdut jaman baheula, nyanyinya kencang, tapi suaranya fals. Suara serak semua. Capek, akhirnya kami kembali ke kursi kami.

20140218-142040.jpg
Gara-gara kelelahan kami tertidur. Posisi tidur jauh dari kata nyaman pada saat itu. Akhirnya, kami berpencar ke gerbong lain mencari kursi-kursi kosong yang bisa digunakan untuk tidur. Memang sulit mencoba tidur enak dikereta.

Pagi esoknya kereta tiba di Malang, badan sakit semua karena posisi tidur yang kurang nyaman. Sesampai di Malang kami langsung mandi di toilet stasiun. Acara mandi kali ini nyolong-nyong kesempatan dari pengawasan penjaga toilet, pasalnya toilet disini dilarang digunakan untuk mandi. Selesai mandi kami mengisi langsung mengisi perut. Cukup banyak warung makanan distasiun ini. Disela-sela acara makan kami sempat bertanya kepada ibu penjual makanan tentang angkutan menuju pulau sempu, akhirnya dengan berbaik hati beliau mencarikan kami angkutan menuju kesana. Negosiasi harga selesai, kamipun berangkat.

Perjalanan menuju pulau sempu lumayan lama. 2 jam lebih. Jalanan berkelok-kelok. Terkadang tak jarang melewati jalanan dengan jurang dipinggirnya. Pemandangan yang lumayan menarik diluar tak ku hiraukan. Aku lebih memilih untuk beristirahat saja di angkot yang kami sewa. Akhirnya kami tiba di pantai sendang biru. Segera kami mengurusi perizinan untuk memasuki kawasan cagar alam ini. Tujuan kami kesini bukan untuk nakal dan merusaknya. Kami hanya ingin menikmati sedikit keindahan ciptaan tuhan ini (semoga tulisan ini tidak mengundang kontroversi dilain waktu) Kami segera menyewa kapal untuk menyeberang ke pulau sempu, tak lupa sebelumnya kami menyewa sepatu khusus agar lebih mudah melewati trek pulau sempu yang licinnya luar biasa saat itu karena musim penghujan.

20140218-142723.jpg
Sekitar 15 menit kami tiba dibibir pulau sempu. Kami disini berkenalan dengan empat orang pengunjung yang berasal dari Malang, mas wilda, mas bonju, dan mas galuh, satunya lagi saya lupa nama mbaknya (sebut saja teh esa) mereka yang cowok bertiga asli malang, sementara teh esa asli Jogjakarta.
Kami berdoa bersama sebelum memulai perjalanan. Trek didepan sudah cukup menantang. Kubangan air bercampur lumpur kental dan lubang-lubang disana-sini akan siap mengintai kami untuk terpeleset kedalamnya. Kehati-hatian dan kesabaran sangat dibutuhkan melewati trek yang lumayan panjang ini. Berkali-kali kami terjatuh, terpeleset, terjerembab ditrek super licin ini. Berpegangan ke dahan dan rantong pohon disekitarnya adalah cara paling ampuh agar tidak terpeleset.

20140218-143509.jpg
Hampir dua jam lebih menaiki turunan dan tanjakan trek ini akhirnya kami tiba juga di pinggiran laguna biru. Sungguh pelenyap rasa lelah melihat hamparan pantai kecil ini. Air yang tenang beriak-beriak kecil terperangkap didalam laguna ini. Aku dan Eja yang berada dibarisan terdepan semakin semangat mempercepat langkah. Akhirnya kami tiba dipinggir pantai kecil ini. Carrier ku lempar, aku segera berlari menuju air. Begitupun teman-temanku yang baru tiba. Semuanya langsung berhamburan ke laguna ini.

Membersihkan badan yang penuh lumpur. Rasa lelah luar biasa yang kami rasakan hilang seketika ketika disuguhi panorama alam disini. Bayangkan saja laguna kecil dipinggiran samudra hindia ini menawarkan panorama alam yang lengkap. Bukit-bukit hijau saling berhadapan bersisian dengan tebing-tebing karang yang tak kalah tingginya. Tebing-tebing ini seolah menjadi pagar bagi pulau sempu ini agar terhalang dari ganasnya ombak samudra Hindia. Air laut yang mengalir dari lubang-lubang dinding tebing karang terperangkap didalam laguna ini menjadikan panorama alam ini semakin luar biasa. Paradisooooo!

Puas bermain air kami segera mendirikan tenda. Disini tidak ada sama sekali sumber air tawar, kalaupun ada letaknya sangat jauh. Jadilah kami tidak mandi untuk berbilas setelah mandi air laut yang asin dan lengket dibadan.

20140218-144600.jpg
Sore menuju malam akhirnya tenda kami selesai didirikan. Aktivitas selanjutnya memasak. Karena kekurangan air tawar yang kami bawa hanya 11 botol itupun satu botolnya dicuri oleh (kemungkinan besar) cowok dari tenda sebelah, temanku dewi melihatnya langsung para cowok itu mencuri botol minuman kami, kemudian kami datangi tendanya tak ada yang mengaku. Jadilah untuk menghemat air tawar kami menggunakan AIR LAUT untuk memasak nasi. Dan hasilnya rasa nasi yang asin luar biasa. Tak ada yang menyentuhnya.

Insiden kecil terjadi lagi. Besarnya ombak samudera Hindia malam itu ternyata mampu melewati tebing-tebing karang yang tinggi. Air laut masuk kedalam pantai dan akan segera melewati tenda kami dan beberapa tenda lainnya. Menyadari hal itu, kami dan beberapa pemilik tenda lainnya segera membereskan barang-barang dan memindahkan tenda ketempat yang lebih aman. Setelah kepanikan reda, Semuanya tertawa menyadari insiden tsunami kecil tadi. Malam itu laguna biru pulau sempu semarak dengan canda tawa kami dan kelompok petualang lainnya, kami ikut bergabung dengan kelompok lainnya, bermain gitar bersama, berbagi cerita dan keceriaan lainnya didepan api unggun. Waktunya beristirahat dan kembali ketenda untuk memulihkan tenaga esok hari

20140218-145128.jpg
Paginya kami terbangun dengan cuaca yang sangat cerah. Menyadari temanku ade dan nila yang sudah tak ada kami semua terbangun dan mencari mereka, ternyata sedang asyik berfoto ditebing-tebing karang. Pemandangan dari sini lebih luar biasa ternyata. Pandangan kita dibebaskan melihat ke setiap sudut laguna. Bagi anda yang lebih berani, anda bisa memanjat bebatuan tebing yang lebih tinggi diujung sana untuk mendapatkan panorama yang lebih bagus lagi. Namun hal itu sangat berbahaya, terbukti dari plang peringatan yang dipasang. Kami sibuk mengabadikan momen ini. Pemandangannya sangat sayang jika dilewatkan dari sesi foto-foto meskipun pagi itu muka kucel sekali.

20140218-145842.jpg
Puas berfoto kami turun ke bawah. Memasak dan setelah itu packing untuk pulang. Malas sekali rasanya membayangkan trek yang harus dilewati nanti ketika pulang. Rasanya masih ingin berlama-lama disini. Namun logistik yang kami butuhkan kurang mencukupi.

20140218-150049.jpg
Beres packing kami melanjutkan sesi foto-foto bersama. Tripod dipasang sedemikian rupa agar tidak tumbang dihantam angin, pasalnya anginnya sangat kencang. Namun hasil jepretan saat itu kurang memuaskan. Akhirnya kami pulang. Perjalanan pulang lebih mudah dikarenakan kondisi trek yang sudah lebih kering daripada kemarin. Namun tetap saja menjengkelkan karena masih ada trek yang becek. Ranting kecil, kerikil, pasir dan entah apalagi yang masuk kedalam sepatu semakin membuat langkah tidak nyaman. Dua jam, akhirnya tiba dibibir pulau. Perahu jemputan datang. Kami kembali ke sendang biru. Setelah ini bersiap menuju tumpang dan melanjutkan petualangan ke Bromo (bersambung)

20140218-150752.jpg

(Catatan perjalanan Gili Trawangan) Terlalu lelah untuk menjelajahi Gili Trawangan

“Lepaskan carriermu, lupakan penatmu, nikmatilah indahnya gili trawangan”

Capek, lelah, tenaga berkurang dan entah kosakata apalagi yang bisa menggambarkan kelelahan fisik kami pada saat itu. 4 hari 3 malam di Rinjani, naik turun bukit, dihantam panas dan dingin angin gunung. Lengkap sudah kenikmatan yang disuguhkan Rinjani. Sekarang kami disini, hampir terlelap di sebuah kamar hotel Senggigi beach Hotel yang berlokasi di pinggiran pantai senggigi yang terkenal keeksotisannya.

Kami tiba sekitar pukul delapan malam setelah sempat salah check in di hotel Sheraton, pikiran sudah melayang kemana-mana menikmati kenyamanan akan menginap di hotel itu selama empat malam kedepannya ketika resepsionis memberikan welcome drinkpada kami. Ternyata ada miss comunication antara temanku dan ibunya yang melakukan booking. Jadinya kami dipindahkan ke hotel ini yang berlokasi tak jauh dari Sheraton, kenyamanannya tak begitu jauh berbeda. Masih sama-sama bernuansa pantai (yaiyalah dipinggir pantai) tenang, dan ROMANTIS!

Besok diputuskan kami akan menyeberang ke Gili Trawangan. Keputusan yang sebenarnya tak membuatku begitu senang, karena badan pasti sangat lelah dan tak akan bisa diajak bermaksimal-ria menikmati surga disana. Dari pada protes lebih baik aku tidur saja. Memulihkan energi yang sudah sangat terkuras.
Paginya, setelah bersiap-siap dan sarapan di hotel dengan makan kalap ala anak gunung yang baru turun gunung, kami bergegas menuju pelabuhan Lembar. Liburan kali ini sedikit menyenangkan, mobil jemputan selalu tersedia mengantarkan kemanapun tujuan kami lengkap beserta sopirnya.

20140217-173557.jpg
Tak lama kurang dari satu jam kami menyusuri jalanan dipinggir Lombok Barat, kami tiba di pelabuhan lembar, gerbang yang mengantarkan kami menuju Gili Trawangan. Suasana cukup ramai dengan warga lokal yang ingin menyeberang kesana, ada juga turis lokal dan para bule yang ikutan menyeberang. Kapal berangkat setelah terisi penuh sesuai jumlah penumpang yang ditargetkan. Aku dan temanku duduk didepan. Karena bentuk kapal yang kecil, goyangannya sangat terasa sekali ketika menghantam ombak besar, tak pelak air menyiprat kedalam dan mengenai kami.

Pulau gili trawangan berada paling ujung dari dua gili lainnya, meno dan air yang relatif sepi. Gili trawangan dipilih karena menawarkan hiburan bebas ala-ala pinggiran pantai. Tiba dibibir pulau gili trawangan kami disambut hiruk pikuknya warga dan turis yang mungkin sedang menunggu keberangkatan untuk kembali ke Lombok. Ekspektasiku mengenai pulau gili trawangan seperti di film Arisan 2 langsung hilang. Ketenangan jauh sekali dari suasana yang ada di gili trawangan. “yaaaaah begini toh, yaudah nikmatin aja”

20140217-173751.jpg
Gili trawangan pagi itu sangat cerah. Liburan menikmati pantai di musim hujan seperti ini memang selalu bikin deg-degan takut cuaca jelek. Makanya berkali-kali aku mengecek ramalan cuaca di HP berharap cuaca bagus. Aku kagum dengan pantai ini, air lautnya jernih sekali. Kilau kebiruan menghampar luas bersanding dengan bukit-bukit pulau Lombok yang berada diseberang sana. Ada sebuah dermaga yang menyita perhatianku. Nampaknya indah menikmati pantai dari sana. Kami segera mengisi perut, gerobak bakso yang dijajakan dipinggir pantai menjadi pilihan. Selepas itu kami segera mencari penginapan. Dari ujung ke ujung kami berkeliling mencari penginapan dengan harga yang bersahabat tentunya. Jatuhlah pada penginapan yang cukup besar dengan dua kasur tidur yang besar, AC, kipas angin dan KM di dalam. Cukup nyaman dan harganya bersahabat. Ngadem dan beristirahat sebentar. Dan ternyata kami ketiduran. Aku terbangun sore harinya. Mengajak temanku berkeliling pantai. Karena memang dasarnya sudah bosan dengan pantai dan tubuh yang masih kelelahan, kami hanya menikmati sebentar lalu balik ke penginapan. Aku berganti pakaian, berinisiatif untuk mandi di pantai. Temanku memilih untuk tiduran. Puas menikmati air laut dipinggir pantai atau entah karena bosan dan kikuk mandi sendiri dikelilingi para bule setengah telanjang, aku memutuskan untuk balik ke penginapan kemudian mandi dan balik lagi ke pinggir pantai.

20140217-185015.jpg
Tujuanku kali ini adalah dermaga yang siang tadi ku lihat. Ku arahkan langkah menuju dermaga. Setibanya disana dermaga sepi, untung nih pikirku. Aku memang kurang menyukai keramaian ketika berlibur seperti ini. Ku abadikan panorama gili trawangan sore itu. Pantainya sungguh cantik. Aku jatuh cinta dengan perpaduan warna biru langit yang lembut dan berawan bersanding dengan warna biru laut yang pekat karena jernihnya air laut di pinggiran pulau ini. Mendengarkan musik favorit dengan suasana seperti ini adalah keharusan bagiku. Ku setel playlist lagu favoritku. Kubiarkan tiap baitnya meresap ke telingga. Luar biasa Tuhan!

Puas menikmati sore itu aku kembali ke penginapan. Masih mendapati teman-temanku tertidur lelap, akupun ikut tertidur. Terbangun pukul 9 malam, perut minta diisi nampaknya, kami susuri jalanan pinggiran pantai disini. Segala macam jenis cafe, bar dan resto tersedia disini. Musik reggae, dance-hall, rock tersedia disini. Makananpun begitu, dari yang tradisional indonesia, chinese hingga western tersedia, namun western lebih mendominasi, mungkin dikarenakan pulau ini lebih didominasi turis-turis bule dari pada turis lokal. Makanan dan minuman disini harganya lebih mahal dari harga rata-rata.

Kami berjalan sampai ke ujung, akhirnya pilihan jatuh ke jagung bakar. Bingung mau makan apa. Jauh-jauh kesini makanan yang dimakan cuma bakso, jagung bakar, dan nasi biasa. Entah mungkin selera makan yang hilang atau kantong yang lagi pas-pasan. Entahlah.

Puas menikmati malam disini kami kembali ke penginapan. Sedikit terkejut melihat cafe dan bar banyak yang sudah tutup padahal baru pukul 10 malam.

Paginya kami bangun sedikit lebih pagi. Aku, alvero dan Afib berniat menyusuri pantai pagi hari. Arief masih tertidur pulas. Sebenarnya pantainya tergolong biasa saja. Masih ada sampah disepanjang pantai, pasirnya bercampur dengan pasir hitam, ku curigai pasir hitam itu mengandung mineral timah karena berat ketika ku genggam, sama seperti pasir dipantai dekat rumahku. Yang menarik dari gili trawangan adalah air lautnya yang jernih kebiruan. Berjalan sedikit jauh akhirnya kami menemukan penangkaran penyu. Kami berhenti melihat tukik-tukik kecil ditangkarkan disini. Berfoto sedikit dengan tukik, kemudian balik lagi. Putar arah kami kembali ke penginapan

20140217-175719.jpg
Sepanjang perjalanan temanku alvero selalu sibuk memainkan gitarnya, akupun ikut bernyanyi sekenanya meskipun lupa liriknya. Tiba dipenginapan kami bersiap pulang, kembali ke Lombok. Penjelajahan singkat di Gili Trawangan kali ini belum memberikan kepuasan maksimal. Kami tidak sempat snorkeling apalagi diving (mahal) gak punya lisensi juga.

Semoga suatu hari bisa kembali kesini lagi dan menikmati sepuasnya pulau ini dengan kondisi badan yang lebih fit tentunya

20140217-180330.jpg

Petualangan Satu Hari di Pangandaran, Batu Karas dan Green Canyon

“Canda tawa membingkai manis foto persahabatan kita” Di sela-sela jadwal kuliah yang sibuk, aku dan teman-temanku memutuskan untuk bolos satu hari kuliah, untuk liburan sejenak ke pangandaran. Liburan kali ini sebenarnya dalam rangka memperingati ulang tahun dua temanku. Lumayan, ongkos transportasi kesana mereka yang bayar. Udah bosen kalo traktiran ulang tahun cuma makan doang. Jadilah kami hari kamis itu sibuk kesana kemari cari rental mobil buat disewa ke pangandaran. Awalnya kami berencana membawa mobil sendiri, tapi dengan pertimbangan takut kelelahan dan tidak ada satupun yang mengerti jalan ke daerah pangandaran, akhirnya kita menggunakan jasa sopir sekaligus guide kami disana nanti. Beruntung banget dapat sopir kayak gini. Kita lihat nanti apa saja keberuntungannya! Kamis malam, kira-kira pukul 11 malam kami dijemput oleh mobil sewaan. Kami berniat melihat momen sunrise di pantai pangandaran. Karena kami berenam belum pernah kesana jadilah kami excited dengan liburan super singkat kali ini. Sedikit cerita, aku sebenarnya kurang begitu suka dengan pantai. Kampung halamanku di pulau Bangka nun jauh disana pantainya juga tak kalah indahnya, apalagi rumahku yang berjarak hanya kira-kira 300 meter dari Pantai, sudah sangat bosan aku dari kecil main dipantai. Pukul 04.30 kira-kira kami memasuki kawasan pantai Pangandaran. Rasa kantuk luar biasa masih menyergap setelah 5 jam perjalanan yang aduhai semalam. Kondisi jalan menuju pantai pangandaran ini berkelok-kelok dan cukup ramai dengan truk-truk besar dan kendaraan lainnya yang saling menyalip. Cukup ngeri juga bagi yang baru bisa bawa mobil terus nguji nyali di jalur ini. Bahkan tak jarang kami berenam istighfar ditengah perjalanan ketika melihat mobil kami disalip atau hampir bersenggolan dengan mobil lainnya. Luar biasa! Angin khas pantai berhawa garam pagi itu langsung menyapa kami ketika pintu mobil ku buka. Mata yang masih setengah mengantuk makin membuat tak bergairah melihat pantai yang (menurutku) sangat biasa saja. Ditambah dengan banyaknya bangunan non-permanen sepanjang pinggiran pantai yang berjualan. Semaraknya semakin membuat keindahan pantai ini sangat berkurang, mengganggu sekali pikirku. Aku lebih menyukai pantai yang jauh lebih alami dan sepi, tidak seperti ini (maafkan aku yah bagi pembaca yang menyukai pangandaran udah ngatain pangandaran abis-abisan). Momen sunrise belum muncul. Kami memilih untuk duduk di beton yang sudah disediakan. Berfoto-foto dengan gaya yang sangat tidak jelas. Motonya yang penting FUN. Kemudian berjalan sedikit menuju salah satu dermaga. Aku yang lagi-lagi takut ketinggian sangat ketakutan melewati dermaga yang kondisinya cukup reyot dan memprihatinkan itu. Mereka berlima dengan santainya berjalan menuju ujung dermaga, sementara aku sangat berhati-hati melangkah. Kecemasan luar biasa akan terperosok kelubang atau papan yang patah menyergap otakku, dan ombak yang besar dibawah akan dengan ganas melahapku. Acrophobia sialan!!! Ujung dermaga merupakan spot yang cukup menarik untuk melihat para nelayan yang sibuk mengatur ikan-ikannya. Teman-temanku excited. Aku biasa saja. Pemandangan yang sudah sangat biasa bagiku. Kami kemudian berfoto-foto lagi. Tak lama kami kembali ke pinggiran pantai karena momen sunrise sudah hampir muncul.

20140217-094953.jpg Dan ternyataaaa!!!! Sunrisenya biasa saja. Kami yang tak begitu mengerti photography sangat kebingungan mengatur bagaimana ISO, fokus lensa dan segala hal tetek bengek lainnya untuk mengabadikan momen sunset itu kedalam sebuah gambar yang menarik. Jadinya foto sunrise kami cuma asal-asalan. Dua kamera yang dibawa tak satupun yang mampu menerjemahkan momen tersebut kedalam sebuah foto yang menarik. Setelah selesai momen sunrise kami menyusuri warung dipinggiran pantai. ada yang sudah menjajakan dagangannya sepagi ini ternyata. Pilihan jatuh ke nasi uduk dan gorengan. Lumayan untuk sekedar mengganjal perut. Harganya pun cukup murah. Puas makan kami melanjutkan perjalanan ke destinasi pantai lainnya, batu karas. Ditengah perjalanan kami menemukan sebuah kamar mandi umum. Sopir menghentikan mobilnya dan kamipun berhamburan keluar menuju kamar mandi. Semuanya sibuk menuntaskan HIV (hasrat ingin vivis)nya masing-masing, ada yang mencuci muka, kemudian sibuk membalurkan sun block masing-masing ketubuhnya. Semuanya takut hitam dan terbakar kulitnya ternyata! Perjalanan berlanjut. Dimobil kami tertawa, bernyanyi bahkan temanku sibuk-sibuknya sok ber-video-klip-ria mengeluarkan kepalanya dari jendela kaca mobil. Perjalanan menuju pantai batu karas memakan waktu kira-kita setengah jam. Setibanya disana langsung nyebur melihat air pantai yang jernih. Sangat jauh berbeda dengan kondisi pantai pangandaran, disini gelombok relatif lebih tenang, jadi bisa digunakan untuk bermain-main. Jauh lebih indah dari pantai yang pertama. Setelah itu kami sibuk berfoto-foto. Hari itu mungkin dikarenakan hari jumat jadi pantai relatif sepi. Bonus tersendiri buat kami agar lebih puas bermain dipantai ini. Jussi temanku menyewakan surfbord. Aku terheran, disini kan ombaknya kecil, bagaimana bisa bermain seluncuram disini. Ternyata disini surfboard digunakan untuk semi-seluncuran (istilahku sendiri) para peseluncur tidak benar-benar menaiki papan seluncuran dengan berdiri. Begitu ada ombak yang datang mereka hanya berbaring diatas papan seluncuran saja. Aku tertarik dan diajari jussi meski selalu gagal. Capek juga gagal terus, akhirnya aku menyusul teman-temanku yang sibuk berfoto dan meninggalkan jussi yang masih asyik dengan papan seluncurannya.

20140217-095408.jpg Tak lama kami mandi bilas dikamar mandi umum yang sudah disediakan. Kami harus mengejar waktu sebelum pukul satu siang tiba di green canyon. Setelah beres kami mengisi perut yang sangat lapar setelah bermain air disana. Banyak sekali pilihan makanan yang disediakan cafe-cafe dan warung kecil di pinggiran pantai ini. Beruntungnya kami membawa sopir yang ini kami diberikan diskon harga makanan! Mahasiswa sekali! Kami berangkat dan kurang dari satu jam kami tiba di green canyon. Sepi! Yah suasana green canyon saat itu sangat sepi. Sangat menguntungkan buat kami agar bisa menjelajah gua-gua dan tebing yang ada menjadi lebih menyenangkan karena suasana yang masih hening tidak ramai dengan pengunjung lainnya.

20140217-095638.jpg Menyusuri sungai (entah apa namanya) menuju tebing-tebing green canyon kami disuguhi pemandangan yang cukup menarik. Hijaunya pinggiran danau dan beberapa rumah warga disekitarnya membuat aku merasa seolah berada di kalimanatan (kayak pernah kesana aja) dimana sungai masih dijadikan sarana transportasi utama bagi sebagian wilayah disana. Setibanya di muka tebing-tebing green canyon. Kami disuruh turun nyemplung ke sungai. Cukup dalam airnya. Ditambah kondisi warna air yang kehijauan membuat beberapa dari kami ketakutan masuk ke sungai. Meskipun sudah menggunakan life jacket tapi ketakutan masih ada. Membayangkan akan terinjak binatang yang menjijikan, digigit ular dan hal lainnya membuat perasaan tidak nyaamn. Namun semangat bertualang mematahkan segalanya. Petualangan baru dimulai! Perlahan-lahan kami mengikuti guide kami. Sesekali berenang menyusuri tali tambang yang disediakan guide, setelah itu berjalan diatas batu-batu licin, berganti lagi dengan berenang. Hal terlucu adalah ketika beberapa diantara kami ada yang tidak bisa berenang, jadi hanya mengapung saja begitu disungai.

20140217-095917.jpg Kondisi badan cukup lelah, tapi ujung tebing masih cukup jauh. Pemandangan yang luar biasa memanjakan mata kami. Disaat kami berjalan diatas bebatuan, sesekali memanjat tebing, dan tak lupa berenang dari batu ke batu lainnya, mata kami selalu dimanjakan dengan ornamen-ornamen tebing green canyon. Perpaduan antara tebing, air sungai yang hijau dan garis-garis sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tebing ataupun pepohonan diatas sana menjadikan pemandangan yang luar biasa. Cahaya tadi kusebut cahaya surga. Momen yang paling aku sukai ketika sinar matahari berhasil mengintip sedikit demi sedikit dari lubang-lubang tebing itu. Gema suara dan tawa kami menjadikan suasana siang itu sangat sempurna. Kami diajak guide kami menuju kolam bidadari. Letaknya cukup jauh diujung sana. Dan kondisi jalannya semakin sulit. Batu-batu semakin licin dan sulit untuk didaki beberapa teman wanitaku. Apalagi kondisi tebing sebelum menuju kolam bidadari. Kita diharuskan menaiki beberapa batu yang cukup tinggi. Sesampainya disana barulah aku tersadar kolam bidadari yang diceritakan guide kami ternyata hanya sebuah kubangan air di sebuah batu yang berlubang yang berasal dari tetesan air yang jatuh dari bebatuan diatasnya. Cukup indah meskipun hanya kubangan air kecil. Dan juga airnya sangat sejuk. Kami puas berfoto-foto disitu.

20140217-100431.jpg Setelah itu turun dan menyusuri gua itu kembali ketempat awal. Ternyata guide kami menawarkan untuk mencoba atraksi yang cukup menantang. Melompati sebuah batu berbentuk payung dengam ketinggian 7 meter. Jiwa petualangku terusik, begitupun temanku. Kami berlima menuju keatas batu berbentuk payung itu, kecuali satu teman kami, dia hanya duduk dibawah menjadi penonton saja. Bergantian kami melompati batu itu. Jussi berkali-kali melompatinya. Nyalinya luar biasa. Aku dengan acrophobia tingkat dewa ini sangat ketakutan melompatinya meskipun akhirnya ku beranikan. Dewi pun begitu, temanku yang sedikit tomboy itu tak sedikitpun gentar melompati batu itu dua kali. Uma dan Tami sama denganku ketakutannya. Momen-momen menegangkan.

20140217-100622.jpg Tak lama kami melihat pengunjung lainnya semakin banyak berdatangan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Setibanya kami langsung mandi bilas dan kembali menuju Jatinangor. Petualangan satu hari itu sungguh luar biasa. Momen ulang tahun yang patut untuk dikenang!