Petualangan Satu Hari di Pangandaran, Batu Karas dan Green Canyon

“Canda tawa membingkai manis foto persahabatan kita” Di sela-sela jadwal kuliah yang sibuk, aku dan teman-temanku memutuskan untuk bolos satu hari kuliah, untuk liburan sejenak ke pangandaran. Liburan kali ini sebenarnya dalam rangka memperingati ulang tahun dua temanku. Lumayan, ongkos transportasi kesana mereka yang bayar. Udah bosen kalo traktiran ulang tahun cuma makan doang. Jadilah kami hari kamis itu sibuk kesana kemari cari rental mobil buat disewa ke pangandaran. Awalnya kami berencana membawa mobil sendiri, tapi dengan pertimbangan takut kelelahan dan tidak ada satupun yang mengerti jalan ke daerah pangandaran, akhirnya kita menggunakan jasa sopir sekaligus guide kami disana nanti. Beruntung banget dapat sopir kayak gini. Kita lihat nanti apa saja keberuntungannya! Kamis malam, kira-kira pukul 11 malam kami dijemput oleh mobil sewaan. Kami berniat melihat momen sunrise di pantai pangandaran. Karena kami berenam belum pernah kesana jadilah kami excited dengan liburan super singkat kali ini. Sedikit cerita, aku sebenarnya kurang begitu suka dengan pantai. Kampung halamanku di pulau Bangka nun jauh disana pantainya juga tak kalah indahnya, apalagi rumahku yang berjarak hanya kira-kira 300 meter dari Pantai, sudah sangat bosan aku dari kecil main dipantai. Pukul 04.30 kira-kira kami memasuki kawasan pantai Pangandaran. Rasa kantuk luar biasa masih menyergap setelah 5 jam perjalanan yang aduhai semalam. Kondisi jalan menuju pantai pangandaran ini berkelok-kelok dan cukup ramai dengan truk-truk besar dan kendaraan lainnya yang saling menyalip. Cukup ngeri juga bagi yang baru bisa bawa mobil terus nguji nyali di jalur ini. Bahkan tak jarang kami berenam istighfar ditengah perjalanan ketika melihat mobil kami disalip atau hampir bersenggolan dengan mobil lainnya. Luar biasa! Angin khas pantai berhawa garam pagi itu langsung menyapa kami ketika pintu mobil ku buka. Mata yang masih setengah mengantuk makin membuat tak bergairah melihat pantai yang (menurutku) sangat biasa saja. Ditambah dengan banyaknya bangunan non-permanen sepanjang pinggiran pantai yang berjualan. Semaraknya semakin membuat keindahan pantai ini sangat berkurang, mengganggu sekali pikirku. Aku lebih menyukai pantai yang jauh lebih alami dan sepi, tidak seperti ini (maafkan aku yah bagi pembaca yang menyukai pangandaran udah ngatain pangandaran abis-abisan). Momen sunrise belum muncul. Kami memilih untuk duduk di beton yang sudah disediakan. Berfoto-foto dengan gaya yang sangat tidak jelas. Motonya yang penting FUN. Kemudian berjalan sedikit menuju salah satu dermaga. Aku yang lagi-lagi takut ketinggian sangat ketakutan melewati dermaga yang kondisinya cukup reyot dan memprihatinkan itu. Mereka berlima dengan santainya berjalan menuju ujung dermaga, sementara aku sangat berhati-hati melangkah. Kecemasan luar biasa akan terperosok kelubang atau papan yang patah menyergap otakku, dan ombak yang besar dibawah akan dengan ganas melahapku. Acrophobia sialan!!! Ujung dermaga merupakan spot yang cukup menarik untuk melihat para nelayan yang sibuk mengatur ikan-ikannya. Teman-temanku excited. Aku biasa saja. Pemandangan yang sudah sangat biasa bagiku. Kami kemudian berfoto-foto lagi. Tak lama kami kembali ke pinggiran pantai karena momen sunrise sudah hampir muncul.

20140217-094953.jpg Dan ternyataaaa!!!! Sunrisenya biasa saja. Kami yang tak begitu mengerti photography sangat kebingungan mengatur bagaimana ISO, fokus lensa dan segala hal tetek bengek lainnya untuk mengabadikan momen sunset itu kedalam sebuah gambar yang menarik. Jadinya foto sunrise kami cuma asal-asalan. Dua kamera yang dibawa tak satupun yang mampu menerjemahkan momen tersebut kedalam sebuah foto yang menarik. Setelah selesai momen sunrise kami menyusuri warung dipinggiran pantai. ada yang sudah menjajakan dagangannya sepagi ini ternyata. Pilihan jatuh ke nasi uduk dan gorengan. Lumayan untuk sekedar mengganjal perut. Harganya pun cukup murah. Puas makan kami melanjutkan perjalanan ke destinasi pantai lainnya, batu karas. Ditengah perjalanan kami menemukan sebuah kamar mandi umum. Sopir menghentikan mobilnya dan kamipun berhamburan keluar menuju kamar mandi. Semuanya sibuk menuntaskan HIV (hasrat ingin vivis)nya masing-masing, ada yang mencuci muka, kemudian sibuk membalurkan sun block masing-masing ketubuhnya. Semuanya takut hitam dan terbakar kulitnya ternyata! Perjalanan berlanjut. Dimobil kami tertawa, bernyanyi bahkan temanku sibuk-sibuknya sok ber-video-klip-ria mengeluarkan kepalanya dari jendela kaca mobil. Perjalanan menuju pantai batu karas memakan waktu kira-kita setengah jam. Setibanya disana langsung nyebur melihat air pantai yang jernih. Sangat jauh berbeda dengan kondisi pantai pangandaran, disini gelombok relatif lebih tenang, jadi bisa digunakan untuk bermain-main. Jauh lebih indah dari pantai yang pertama. Setelah itu kami sibuk berfoto-foto. Hari itu mungkin dikarenakan hari jumat jadi pantai relatif sepi. Bonus tersendiri buat kami agar lebih puas bermain dipantai ini. Jussi temanku menyewakan surfbord. Aku terheran, disini kan ombaknya kecil, bagaimana bisa bermain seluncuram disini. Ternyata disini surfboard digunakan untuk semi-seluncuran (istilahku sendiri) para peseluncur tidak benar-benar menaiki papan seluncuran dengan berdiri. Begitu ada ombak yang datang mereka hanya berbaring diatas papan seluncuran saja. Aku tertarik dan diajari jussi meski selalu gagal. Capek juga gagal terus, akhirnya aku menyusul teman-temanku yang sibuk berfoto dan meninggalkan jussi yang masih asyik dengan papan seluncurannya.

20140217-095408.jpg Tak lama kami mandi bilas dikamar mandi umum yang sudah disediakan. Kami harus mengejar waktu sebelum pukul satu siang tiba di green canyon. Setelah beres kami mengisi perut yang sangat lapar setelah bermain air disana. Banyak sekali pilihan makanan yang disediakan cafe-cafe dan warung kecil di pinggiran pantai ini. Beruntungnya kami membawa sopir yang ini kami diberikan diskon harga makanan! Mahasiswa sekali! Kami berangkat dan kurang dari satu jam kami tiba di green canyon. Sepi! Yah suasana green canyon saat itu sangat sepi. Sangat menguntungkan buat kami agar bisa menjelajah gua-gua dan tebing yang ada menjadi lebih menyenangkan karena suasana yang masih hening tidak ramai dengan pengunjung lainnya.

20140217-095638.jpg Menyusuri sungai (entah apa namanya) menuju tebing-tebing green canyon kami disuguhi pemandangan yang cukup menarik. Hijaunya pinggiran danau dan beberapa rumah warga disekitarnya membuat aku merasa seolah berada di kalimanatan (kayak pernah kesana aja) dimana sungai masih dijadikan sarana transportasi utama bagi sebagian wilayah disana. Setibanya di muka tebing-tebing green canyon. Kami disuruh turun nyemplung ke sungai. Cukup dalam airnya. Ditambah kondisi warna air yang kehijauan membuat beberapa dari kami ketakutan masuk ke sungai. Meskipun sudah menggunakan life jacket tapi ketakutan masih ada. Membayangkan akan terinjak binatang yang menjijikan, digigit ular dan hal lainnya membuat perasaan tidak nyaamn. Namun semangat bertualang mematahkan segalanya. Petualangan baru dimulai! Perlahan-lahan kami mengikuti guide kami. Sesekali berenang menyusuri tali tambang yang disediakan guide, setelah itu berjalan diatas batu-batu licin, berganti lagi dengan berenang. Hal terlucu adalah ketika beberapa diantara kami ada yang tidak bisa berenang, jadi hanya mengapung saja begitu disungai.

20140217-095917.jpg Kondisi badan cukup lelah, tapi ujung tebing masih cukup jauh. Pemandangan yang luar biasa memanjakan mata kami. Disaat kami berjalan diatas bebatuan, sesekali memanjat tebing, dan tak lupa berenang dari batu ke batu lainnya, mata kami selalu dimanjakan dengan ornamen-ornamen tebing green canyon. Perpaduan antara tebing, air sungai yang hijau dan garis-garis sinar matahari yang masuk melalui celah-celah tebing ataupun pepohonan diatas sana menjadikan pemandangan yang luar biasa. Cahaya tadi kusebut cahaya surga. Momen yang paling aku sukai ketika sinar matahari berhasil mengintip sedikit demi sedikit dari lubang-lubang tebing itu. Gema suara dan tawa kami menjadikan suasana siang itu sangat sempurna. Kami diajak guide kami menuju kolam bidadari. Letaknya cukup jauh diujung sana. Dan kondisi jalannya semakin sulit. Batu-batu semakin licin dan sulit untuk didaki beberapa teman wanitaku. Apalagi kondisi tebing sebelum menuju kolam bidadari. Kita diharuskan menaiki beberapa batu yang cukup tinggi. Sesampainya disana barulah aku tersadar kolam bidadari yang diceritakan guide kami ternyata hanya sebuah kubangan air di sebuah batu yang berlubang yang berasal dari tetesan air yang jatuh dari bebatuan diatasnya. Cukup indah meskipun hanya kubangan air kecil. Dan juga airnya sangat sejuk. Kami puas berfoto-foto disitu.

20140217-100431.jpg Setelah itu turun dan menyusuri gua itu kembali ketempat awal. Ternyata guide kami menawarkan untuk mencoba atraksi yang cukup menantang. Melompati sebuah batu berbentuk payung dengam ketinggian 7 meter. Jiwa petualangku terusik, begitupun temanku. Kami berlima menuju keatas batu berbentuk payung itu, kecuali satu teman kami, dia hanya duduk dibawah menjadi penonton saja. Bergantian kami melompati batu itu. Jussi berkali-kali melompatinya. Nyalinya luar biasa. Aku dengan acrophobia tingkat dewa ini sangat ketakutan melompatinya meskipun akhirnya ku beranikan. Dewi pun begitu, temanku yang sedikit tomboy itu tak sedikitpun gentar melompati batu itu dua kali. Uma dan Tami sama denganku ketakutannya. Momen-momen menegangkan.

20140217-100622.jpg Tak lama kami melihat pengunjung lainnya semakin banyak berdatangan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Setibanya kami langsung mandi bilas dan kembali menuju Jatinangor. Petualangan satu hari itu sungguh luar biasa. Momen ulang tahun yang patut untuk dikenang!