(Part 2 Edisi malang) Menjelajahi Gunung Bromo

20140305-111201.jpg
Siapa yang tidak kenal Gunung Bromo? Salah satu gunung stratovolcano dengan view paling eksotik di Indonesia bahkan terkenal ke mancanegara. Bersanding dengan Gunung ijen dijadikan salah satu tujuan wisata yang tidak boleh dilewatkan ketika mengunjungi Indonesia versi buku lonely planet. Gunung ini selalu menjadi incaran wisatawan lokal. Landscape yang ditawarkan menurutku memang luar biasa. Kita bisa melihat padang savana luas yang sering disebut bukit teletubies, padang pasir, kawah bromo yang selalu mengeluarkan aroma belerang, dan yang paling tidak boleh dilewatin adalah momen sunrise dari penanjakan. Barisan lurus gunung Batok, bromo dan puncak mahameru menjadikan pemandangan didepan mata luar biasa.

Setelah berlelah-lelahan di pulau sempu (baca catper sempu) tujuan selanjutnya adalah Bromo. Dengan bantuan pak sopir angkot yang kita sewa kita diantar ke rumah mas Wilda di tumpang, mas wilda ini orangnya baik banget. Dia adalah pemilik jeep yang akan mengantarkan kita ke Bromo esok subuhnya. Dirumahnya kita bermalam. Kamar sederhana dikhususkan untuk para teman-teman cewek, sementara kita tiduran diruang TV. Dinginnnya Tumpang malam itu dihangatkan dengan cerita-cerita pengalaman petualangan mas Wilda dan teman-temannya. Berbagai kisah-kisah menariknya tertutur lancar dari mulutnya. Dengan ditemani kopi dan gorengan panas sesekali kami menimpali. Malam itu juga kami merencanakan akan berangkat esok subuh sekitar pukul setengah 5 pagi. Awalnya kami berencana berangkat pukul 2 pagi untuk ke penanjakan melihat sunrise, namun cuaca kurang bersahabat nampaknya. Jadi kami tidak bisa menikmati momen sunrise itu.

Pukul setengah 5, kami bersiap-siap berangkat. Kami bertujuh duduk dibak belakang jeepnya, sementara satu teman memilih untuk duduk didepan disebelah mas Wilda. Awal perjalanan menuju Bromo kami sangat semangat, kami menyapa segala orang yang kami lewatin. Sungguh ramah warga disini. Perjalanan semakin menantang ketika memasuki gerbang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Jalanan sudah tak lagi beraspal berganti dengan bebatuan yang disusun sedemikian rupa. Adrenalin kami dipacu melewati jalanan sempit, curam dan berkelok-kelok waktu itu. Aku tidak menyangka perjalanan akan semenantang ini. Acrophobiaku mulai diuji. Jurang kiri kanan yang mulai terlihat samar-samar karena hari mulai terang menguji mentalku. Aku memilih untuk tidak melihat kiri kanan. Pandangan lurus kedepan saja. Tiba-tiba pagi itu turun gerimis kecil sekali. Cuaca khas pegunungan yang sudah dingin menjadi semakin dingin, dan dua teman wanitaku tidak memakai sarung tangan sama sekali. Cukup gila menahan dingin pagi itu. Tak lama kami akhirnya tiba di bukit teletubies, hamparan padang savana membuat kami semua berdecak kagum. Begitupun dengan mobil jeep yang dipacu mas wilda semakin kencang di tengah hamparan padang savana itu. Disini petualangan mulai berasa. Melewati lautan pasir kami bertemu bule yang nekat jalan kaki dari tumpang, tampaknya mereka kelelahan dan kami ajak untuk ikutan di jeep kami.

20140305-120312.jpg
Puas melawan angin kencang di lautan pasir Bromo akhirnya kami sampai diparkiran jeep. Turun dan langsung berangkat menuju kawah Bromo, cukup jauh sekitar 1 KM jarak parkiran jeep dengan kawah bromo. Angin kuat yang membawa pasir saat itu cukup mengganggu kami. Namun disini letak keseruan yang sesungguhnya. Berjalan melawan angin.

Sesampai di kaki bromo kami mengisi perut terlebih dahulu dengan nasi bungkus yang kami beli dari seorang bapak-bapak. Kami makan dengan lahapnya dibelakang sebuah pondokan disitu. Selesai makan kami baru menyadari jika sebelah kami itu terdapat kotoran kuda yang berserakan disana sini dan banyak sekali.

20140305-113910.jpg
Perjalanan dilanjutkan menyusuri punggungan Bromo. Jalanan awalnya tidak terlalu curam, namun dikarenakan tubuh yang sudah lelah trekking di Pulau Sempu kemarin membuat pergerakan melambat. Apalagi teman-teman cewek yang cepat kelelahan. Berkali-kali kami berhenti dan aku memijit kaki mereka. Semangatku luar biasa. Rasa excited melihat landscape kawasan ini dari atas semakin membuatku bersemangat. Namun tiba-tiba semangatku luntur entah kemana ketika mulai menapaki anak tangga Bromo. Kemiringan tangga yang terlalu curam dan ketinggian saat itu mulai mengusik rasa takutku. Aku berpegangan erat sekali seolah takut jatuh dari situ. Teman-temanku mendahuluiku. Setiba dipuncak, ketakutanku semakin menjadi. Teman-temanku melipir berkeliling dibibir kawah, sementara aku hanya terduduk lemas dengan lutut ditekuk didepan tangga. Melihat lubang kawah yang meletup-letup membuatku semakin lemas, ditambah ketinggian ini semakin membuat perasaan tidak nyaman. Keringat dingin mengucur perlahan padahal cuaca saat itu cukup dingin ditambah angin yang sangat kencang. Teman-temanku asyik berfoto-foto, mereka mengajakku bergabung. Aku tetap keukeuh duduk disitu. Tak lama kemudian aku semakin tidak kuat menahan ketakutan berada diketinggian. Aku memutuskan untuk turun duluan. Teman-temanku bengong, mereka baru menyadari kalau aku takut ketinggian tingkat akut. Aku turun sendirian.

20140305-114704.jpg
Tak lama mereka menyusul ke bawah. Perjalanan turun kebawah diisi dengan foto-foto sepanjang jalan. Sesampainya di jeep kami melanjutkan perjalanan menuju padang savana bukit teletubies. Beruntung cuaca cukup cerah. Spot ini tidak boleh dilewatkan untuk sesi foto-foto. Hamparan savana yang ditumbuhi berbagai macam flora menjadikan lukisan indah tersendiri. Yang paling aku sukai disini adalah pemandangan punggungan bukit yang ditumbuhi rumput liar yang bergerak beraturan seperti bulu kucing mahal atau karpet bulu tebal ketika ditiup angin. Puas berfoto-foto disini kami segera pulang mengakhiri petualangan Bromo kali ini.

20140305-121143.jpg

Terimakasih Bromo petualangan luar biasanya. Akhirnya aku memberanikan diri berlama-lama di puncak Bromo pada kunjungan kedua ku ke Bromo. Cukup lama aku menikmati bibir kawahnya. Dan akhirnya punya foto-foto di puncak Bromo. Tiga kali kesini selalu mendapatkan sensasi yang berbeda. Mulai dari perjalanan ke Bromo musim hujan dimana savananya menghijau, ke Bromo musim kemarau padang savananya berwarna cokelat. Naik jeep, naik truk dan yang paling kocak itu naik motor.
(Bersambung ke edisi keliling kota Batu Malang)

20140305-121512.jpg

Leave a comment